Senin, 07 September 2009

Program Pemberdayaan Masyarakat, Solusi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Oleh : Rahdiansyah Pane, ST

Dalam Sejarah Negara Republik Indonesia, Founding Father di negeri ini berjuang untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan bangsa barat. Ternyata, perjuangan itu membuahkan hasil yang tak ternilai dibanding dengan apapun, karena telah banyak mengorbankan harta dan nyawa dari para pejuang kemerdekaan, perjuangan itu telah menghantarkan bangsa Indonesia merebut kemerdekaan. Secara bertahap Indonesia ditata dengan membangun demokrasi dan ketatanegaraan, pembenahan ekonomi kerakyatan, penegakan hukum (role of low), pembangunan infrastruktur, peningkatan pendidikan dan lainnya. Melalui pemimpin bangsa, Indonesia menguatkan perekonomian rakyat dengan mengenali potensi yang dimiliki, baik sumber daya Manusianya maupun Sumber Daya Alamnya. Bangkitnya Indonesia dari kemiskinan akibat penjajahan yang berkepanjangan, diawali dengan adanya kebersamaan, gotong royong, tanpa pamrih, kepedulian, prinsip keadilan dan kejujuran serta nilai luhur yang dimiliki komponen bangsa. Keberhasilan ini membuktikan negeri ini mempunyai keadaan sumber daya alam dan nilai sekaligus bercita-cita mewujudkan Negara yang adil dan makmur disertai ridho Allah SWT (baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur).

Dari perjalanan dari fase ke fase, tertulis pula di lembar sejarah, bangsa kita kini dihadapkan pada berbagai tantangan yang begitu berat, yang seakan tiada hentinya. Misalnya saja, belum tuntasnya penegakan hukum dan keadilan, masih terjadinya KKN di lingkungan Institusi pemerintah maupun swasta, rendahnya kualitas pendidikan, tidak stabilnya perekonomian rakyat, bertambahnya angka pengangguran, terjadinya konflik horizontal antar kelompok dan meningkatnya kriminalitas, terjadinya bencana Alam yang menelan korban jiwa dan kerugian fisik/materi dan tantangan lainnya. Dari berbagai tantangan tersebut membuka peluang peningkatan angka kemiskinan di Indonesia yang ditandai dengan meningkatnya gejala-gejala kemiskinan dalam dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara. Gejala-gejala kemiskinan ini mencakup multidimensi, baik itu dimensi politik, sosial, lingkungan, ekonomi dan aset.

Gejala dalam Dimensi Politik ini disebabkan oleh ketidakberpihakannya kebijakan-kebijakan yang ada selama ini dan tidak adanya akses serta wadah yang mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin. Dimensi Sosial ditandai dengan tidak terintegrasinya komunitas miskin di institusi sosial. Dimensi Lingkungan, muncul dalam pola pikir, prilaku dan sikap yang berorientasi pada pembangunan sesaat (temporer) dan tidak berkelanjutan dan pemeliharanya bukan tanggungjawab masyarakat. Dan dalam Dimensi Ekonomi dan Asset, cenderung muncul akibat rendahnya penghasilan dan kepemilikan asset yang dijadikan modal untuk mengembangkan diri. Dari gejala yang ada, masyarakat yang mengalaminya akan tereliminasi dan terdegredasi ke posisi marjinal (tidak berdaya) sehingga ketidakberdayaan ini mengakibatnya tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat secara manusiawi, dan itu cenderung berpotensi terjadinya konflik sosial.

Ironisnya, komunitas yang memiliki kualitas SDM, penghasilan tinggi, akses yang luas dan asset yang besar hanya memusatkan peningkatan kepentingan individu maupun komunitasnya saja, serta memutuskan informasi dan komunikasi dengan komunitas miskin yang akhirnya menimbulkan kesenjangan dan perbedaan yang mencolok. Bahkan masing-masing komunitas ini saling menyalahkan, menyudutkan dan berupaya untuk menjatuhkan sehingga tercipta prilaku yang antagonis (saling bermusuhan). Komunitas mapan mampu mengatakan komunitas miskin sebagai penghambat pembangunan dan sebaliknya di satu sisi komunitas mampu dianggap merusak nilai-nilai luhur dan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pandangan yang saling bertentangan ini, tanpa sadar telah menjadi paradigma yang mengakar dan diaplikasikan dalam perilaku maupun hubungan sosial bermasyarakat, apabila dibiarkan akan menjadi bencana dan menghambat kemajuan pembangunan.

Justru itu, Pemerintah Pusat maupun Daerah bertekad untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia melalui berbagai cara. Penanggulangan kemiskinan sudah menjadi program prioritas pemerintah dalam menyusun dan melaksanakan rencana pembangunan. Tiada hentinya Pemerintah melakukan upaya-upaya agar angka kemiskinan di Indonesia terjadi penurunan yang signifikan. Dari berbagai bidang melakukan gerakan “turunkan angka kemiskinan”, misalnya : di bidang Pendidikan, Pemerintah memberikan bantuan biaya sekolah dari tingkat SD dan SLTP melalui dana BOS maupun dana bantuan untuk perangkat pendidikan lainnya, seperti infrastruktur. Di bidang kesehatan misalnya : diberikannya kepada masyarakat untuk berobat gratis melalui program ASKESKIN dan banyak lagi program pemerintah yang bertujuan untuk membantu masyarakat khususnya yang punya kemampuan ekonomi lemah seperti BLT dan RASKIN. Program seperti ini keterlibatan masyarakat terbatas dan biasanya program ini disebut program non pemberdayaan, dan cenderung memanjakan masyarakat dan tidak mendidik.

Selain gerakan di atas, Pemerintah juga melakukan penanggulangan kemiskinan dengan memaksimalkan potensi masyarakat itu sendiri untuk keluar dari kemiskinan. Pemerintah meyakini dengan cara Pemberdayaan masyarakat, maka masalah kemiskinan dapat ditangani dan ternyata mampu membangkitkan semangat masyarakat. Begitu besarnya keyakinan Pemerintah melalui program ini, program ini telah dimulai sejak tahun 1999 yaitu Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang menyebar di seluruh negeri ini dan masih bertahan hingga sekarang. Program Pemberdayaan Masyarakat tidak hanya dikonsentrasikan di perkotaan saja tapi juga di pedesaan. Bahkan Pemerintah Pusat telah menitikberatkan penanggulangan kemiskinan di masing-masing Departemen dengan nama Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) sebagai payung dari program-program pemberdayaan.

Dari kedua model program yang digulirkan Pemerintah tersebut, baik Program Penanggulangan Kemiskinan Non pemberdayaan maupun pemberdayaan dengan tujuan utama adalah menurunkan angka kemiskinan di Indonesia dengan melalui berbagai cara dan strategi yang tersusun secara sistematis. Namun, dalam perjalanannya kedua program tersebut mengalami perbedaan baik dalam proses pelaksanaan, sasaran maupun output yang dicapai.

Bila ditinjau dari program non pemberdayaan, pelaksanaan hanya berorientasi pada penanganan salah satu dimensi dari gejala-gejala kemiskinan dan pendekatannya bersifat parsial, sektoral, charity yang tidak menyentuh akar kemiskinan itu sendiri. Dari pengalaman sebelumnya, program seperti ini tidak membangun kemandirian masyarakat dan proses pelaksanaannya tidak berkelanjutan (sustainability). Masyarakat hanya sebagai obyek program dan keterlibatan masyarakat dalam proses program sangat terbatas sehingga pemanfaatan dan pemeliharaan program juga bersifat sementara dan tidak menumbuhkan kesadaran dan tanggungjawab masyarakat. Program ini cenderung tanpa melalui proses yang melibatkan masyarakat miskin sebagai pelaku, yang dimulai dari perencanaan (planning), pengorganisasian kerja (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling).

Berbeda dalam Konteks Pemberdayaan, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat khususnya Mandiri Perkotaan, tidak hanya sekedar memberikan Bantuan Dana kepada masyarakat untuk Penataan Infrastruktur, Ekonomi dan Sosial tetapi mengutamakan terjadinya proses transformasi sosial dari masyarakat tidak berdaya, menjadi berdaya menuju mandiri untuk mewujudkan masyarakat Madani. Untuk mencapai proses ini dilakukan oleh masyarakat secara bertahap dan berkelanjutan dengan mengikuti proses yang diagendakan oleh Pemerintah melalui pembelajaran dan pelatihan yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator Kelurahan.

Dalam proses transformasi sosial tersebut, program ini diawali dengan pengikisan akar kemiskinan yang terjadi di masyarakat. Masyarakat dibangkitkan semangatnya untuk mengkaji dan menganalisa serta dimotivasi untuk mengatasi kemiskinan secara bersama-sama. Dalam implementasinya, berorientasi mengutamakan keterlibatan seluruh komunitas di masyarakat (miskin, mampu, pemuda dan perempuan) dalam setiap tahapan siklus yang dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri, diharapkan dapat menghilangkan kesenjangan dan perbedaan status sosial serta mengangkat dan melestarikan kembali nilai-nilai luhur kemanusiaan dan kemasyarakatan yang saat ini praktis sudah tidak mampu membedakan lagi sisi baik dan buruknya prilaku-prilaku yang ada di masyarakat.

Nilai-nilai yang dimaksud yang terkubur selama ini perlahan digali dan ternyata nilai-nilai itu masih ditemukan dan masih ada di masyarakat. Melalui nilai-nilai ini, Program Pemberdayaan Masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan mulai mendapatkan arah. Kehidupan suram bermasyarakat yang apatis, pesimis, primordialis, pragmatis, elitis dan eksklusif dengan sendirinya terkikis oleh paradigma dan perilaku yang dibangun oleh Program Pemberdayaan dengan menanamkan nilai-nilai luhur (kejujuran, keadilan, kebersamaan, kepedulian dan keikhlasan).

Di samping itu juga, masyarakat dengan kesadaran dan tanggung jawab menghimpunkan diri dalam wadah/lembaga keswadayaan yang difungsikan sebagai tempat penampung aspirasi, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dengan konsep Tridaya (Penataan Lingkungan, Pembangunan Sosial dan Pengembangan Ekonomi). Melalui wadah ini, masyarakat dapat berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan berkelanjutan. Dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) yang diberikan pemerintah secara bertahap untuk pembangunan tridaya dikelola dan dimanfaatkan langsung oleh masyarakat secara umum. Dengan dana yang ada, program dan pelaksanaannya menyentuh kepentingan masyarakat dan mampu membangun asset dan perekonomian kerakyatan yang tertata, berkualitas dan berkelanjutan. Bahkan masyarakat dengan sukarela/berswadaya menyumbangkan pikiran, tenaga, waktu, asset dan materi utnuk kepentingan pembangunan daerah.

Dari berbagai sector yang dibangun oleh Program Nasional Pemberdayaan masyarakat-Mandiri Perkotaan, di samping terwujudnya pembangunan Tridaya secara berkelanjutan, juga menguatkan nilai-nilai universal kemanusiaan, melakukan pengembangan kapasitas (capacity building) dan menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good and clear governance) sehingga cita-cita bangsa ini untuk menuju masyarakat yang Madani dapat tercapai sesuai sasaran dan hasil yang diharapkan. Artinya, tujuan para syuhada dan pendiri negeri ini dalam memperjuangkan NKRI tidaklah sia-sia dan menuai hasil yang berharga dan kita sebagai penerus bangsa dapat melanjutkan perjuangan itu, menata dan membangun negeri yang sejahtera dan bermartabat.

(Rahdiansyah Pane, SF Tim 24 Korkot 4 Asahan-KMW 5 Sumut)

Continue Reading...

Sabtu, 29 Agustus 2009

Mencari Mutiara Terpendam Melalui Pembangunan BKM

Oleh : Faisal Riza*

Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan lembaga pimpinan kolektif yang menjadi lembaga kepercayaan masyarakat untuk membangun kemandirian menuju tatanan masyarakat madani. Olehkarena itu keanggotaan dari lembaga tersebut terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat, perwakilan orang miskin, orang kaya maupun perwakilan dari lembaga-lembaga sosial lainnya yang ada di masyarakat.

Untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan tentunya tidak bisa dilakukan secara individu, akan tetapi menanggulanginya harus secara kolektif dengan seluruh komponen masyarakat yang ada, karena untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan tidak hanya dilakukan oleh orang yang mengalami permasalahan tersebut tetapi juga orang-orang yang mampu harus terlibat di dalam penanganan masalah ini. Olehkarena itu orang-orang inilah yang menyatukan dirinya dengan ikatan solidaritas kemasyarakatan di dalam satu wadah yang dinamakan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM).

BKM di dalam Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), akan terlalu kecil apabila hanya kita pahami sebagai upaya untuk menyelesaikan salah satu siklus yang ada untuk menanggulangi kemiskinan, tanpa kita harus memperhatikan nilai-nilai yang terkandung di dalam lembaga tersebut agar lembaga itu benar-benar merupakan representasi dari masyarakat yang didasari pada ciri individu yang sukarela, jujur, kesetaraan, kemitraan, inklusif, demokratik, mandiri, otonom, proaktif, bersemangat, saling membantu, menghargai kesatuan dalam keragaman dan kedamaian untuk menuju masyarakat madani.

Membangun semua itu tidak bisa sekedar ”sim-salabim” semuanya bisa terwujud dan sesuai dengan keinginan masyarakat. Hal itu merupakan awal dari pekerjaan yang besar untuk membangun sebuah ”istana megah” yang dapat melindungi, memenuhi kebutuhan dan dapat membanggakan orang-orang sekitarnya yang merasa memiliki istana tersebut. Membangun sebuah lembaga yang mengutamakan kepentingan masyarakat dan melakukan pemberdayaan kepada manusia-manusianya jauh lebih ”sulit” dari membangun ”istana megah” karena tanpa memahami secara utuh substansi kelembagaan masyarakat, maka akan mengalami kekecewaan terhadap lembaga yang dibentuk.

Membangun sebuah lembaga (BKM) yang benar-benar representatif, manjadi lembaga amanah masyarakat dan mengakar di masyarakat adalah sebuah pekerjaan yang harus melibatkan partisipasi masyarakat secara keseluruhan. Jika tidak melibatkan partisipasi masyarakat, maka siap-siaplah masyarakat untuk menerima munculnya sebuah “lembaga kepentingan” yang dilahirkan dari hasil ”tunjuk sana- tunjuk sini”, ”pilih sana- pilih sini” dan didasari atas prinsip ”suka atau tidak suka” seperti yang selama ini dipertontonkan oleh elit-elit dalam satu komunitas.

Yang dipilih dan diundang adalah orang-orang tertentu saja, bukan atas dasar demokrasi dan transparansi kepada masyarakat atas pemilihan itu. Sehingga orang-orang yang terpilih di dalam lembaga tersebut bukan cerminan dari keinginan masyarakat, akibatnya masyarakat tidak percaya dan tidak merasakan manfaat dari adanya lembaga tersebut yang seharusnya memperjuangkan, melindungi dan mengayomi masyarakat.

Oleh karena itu, melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) Penanggulangan Kemiskinan di perkotaan (P2KP) kita harus lebih serius ”mencari mutiara terpendam” untuk membangun sebuah lembaga yang dinamakan Badan keswadayaan Masyarakat (BKM). Mutiara-mutiara yang terpendam di dalam ”kubangan” masyarakat adalah orang-orang yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan dan kemasyarakatan. Kecerdasan, kearifan, keuletan, kesabaran dan tentu saja kejujuran dan keikhlasan merupakan pancaran mutiara yang melekat pada diri seseorang.

Sebelum membangun sebuah lembaga BKM dan akan melakukan pemilihan orang-orang yang memegang amanah di lembaga tersebut, diperlukan pemahaman tentang nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan. Hal ini harus dibicarakan habis-habisan pada Pemetaan Swadaya khususnya dalam kajian kepemimpinan dan kelembagaan atau melakukan review kelembagaan. Jika tidak serius dilakukan, maka akan muncul orang-orang yang menginginkan BKM menjadi milik pribadi atau kelompok yang hanya mementingkan diri pribai dan kelompok. Disinilah akan muncul kebijakan BKM yang tidak berpihak kepada masyarakat miskin.

Disadari atau tidak carut marutnya kehidupan masyarakat yang mengalami kemiskinan adalah karena menyusutnya nilai-nilai kemanusiaan dan kemasyarakatan. Seorang pemimpin/pengambil kebijakan tidak akan berlaku curang jika ia memiliki pancaran nilai-nilai tersebut. Banyak program pemberdayaan yang digulirkan ke masyarakat ternyata belum menunjukkan dampak yang berarti untuk perubahan kehidupan. Jangankan mandiri, untuk menjadi masyarakat yang sudah mampu saja masih jauh dari harapan. Masih banyak masyarakat yang mengeluh bahwa kegiatan/bantuan yang diberikan kurang memberi manfaat untuk kehidupan selanjutnya karena lembaga dan oknum yang dipercaya sebagai pelaksana program telah berlaku curang, khianat dan menyakiti hati masyarakat.

Ternyata selama ini kita telah mengabaikan nilai-nilai luhur yang ada di dalam diri setiap manusia yang akhirnya harus dibayar mahal dengan kemiskinan dan kemelaratan. Kita asyik mementingkan diri sendiri, memuaskan kebutuhan sesaat, serakah, curang dsb. Hingga kita lupa menggali, mencari, menemukan dan mengangkat kepermukaan nilai-nilai luhur bak mutiara yang selama ini terpendam di dalam kubangan masyarakat untuk dijadikan dasar dalam melakukan pemberdayaan untuk mengembangkan potensi diri dan potensi alam sebagai modal menuju kesejahteraan. Dan kita juga lupa bahwa untuk merubah kehidupan dan menyelesaikan persoalan ketidakmampuan masyarakat menjadi mampu dan akhirnya mandiridi tidak bisa dengan sendiri, tetapi harus bersatu dan berkumpulkan dalam satu ”istana megah” yaitu BKM sebagai representasi dari masyarakat.

* SF Tim 4 Koorkot 3 Tanjungbalai KMW 5 Sumut
Continue Reading...

Minggu, 21 Juni 2009

Mengawali Aktifitas Baru.............di Lokasi Baru

Pengembaraan akhirnya harus dilanjutkan di OC-8 Sulawesi Barat, dengan posisi yang baru juga............
kata orang itu namanya pulang kampung, tapi aku melihat dari sisi lain......
semata-mata untuk pengembangan diri dan pengabdian pada Indonesia.......









Kawan2 yang akan merelakan waktu, tenaga
dan materi untuk rakyat"ku"
Continue Reading...

Sabtu, 25 April 2009

Pertemuan Medan “Hotel Century part Two versi Medan”

Hari Selasa tanggal 14 April 2009, tepatnya pukul 17.20 WIB telepon Kantor Koorkot 3 Kota Tanjungbalai Sumatera Utara berdering, pada saat itu sudah tidak ada lagi staff yang menjawabnya, karena mereka sudah pada pulang semua. Akhirnya dengan rasa sedikit agak memelas karena kelelahan setelah seharian penuh mendampingi BPKP mengaudit SKPD Kota Tanjungbalai terkait pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, saya menjawab telepon tersebut, dan ternyata berasal dari Kantor KMW 5 Sumut (yang sudah barang tentu itu adalah Sekretaris KMW) “bang kami mau nge-faks surat dari Satker Provinsi, tolong disampaikan juga ke Satker PIP Kota Tanjungbalai, surat aslinya akan dikirim via kereta api….tolong ya bang”.

Itu adalah undangan Rapat Koordinasi dengan agenda utamanya adalah “Pemantapan Pembahasan Kebutuhan BLM PNPM Mandiri Perkotaan Tahun 2009”, yang dilaksanakan tanggal 17 April 2009 di Diklat PU Kota Medan, dimana pesertanya adalah seluruh Satker PIP dan PPK Kabupaten/Kota yang menjadi sasaran PNPM-MP di Provinsi Sumatera Utara. Ini adalah salah satu langkah maju yang diambil oleh SNVT-PBL Sumatera Utara (Bapak Ir. Nazaruddin Nasution, MAP), dan kita bisa memberikan apresiasi tersendiri untuk itu.

Kegiatan ini diilhami pada pertemuan Hotel Century Jakarta Tahun 2008 yang dilaksanakan guna menetapkan target optimis pencairan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk semua kelurahan sasaran di Indonesia dan menetapkan kebutuhan riil DIPA T.A. 2008. Belajar dari pengalaman tersebut, SNVT-PBL Sumut mencoba mengumpulkan seluruh Satker PIP Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, Koordinator Kota dan Askoorkot Mandiri guna memastikan kebutuhan BLM PNPM Mandiri Perkotaan Tahun 2009 yang akan diusulkan ke Pemerintah Indonesia agar dianggarkan di DIPA Tahun 2009 untuk Program PNPM Mandiri Perkotaan Provinsi Sumatera Utara.

Kegiatan berlangsung di Diklat Pekerjaan Umum Kota Medan Sumatera Utara dalam suasana yang serius tapi santai (Sersan), hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya sekat-sekat yang terjadi, dialog berjalan penuh kekeluargaan (keluarga besar PNPM-MP). Sebagai narasumbernya adalah Bapak Ir. Boby Ali Azhari, M.Sc (Kepala Satker P2KP Pusat) dan Bapak Ifan Afani (TA Monev KMP PNPM-MP).

Dalam penjelasan oleh Tim Pusat, bahwa alokasi BLM setiap kelurahan tetap disepakati apa yang tertuang dalam Pedoman Umum PNPM-MP dengan besaran BLM yang akan dialokasikan adalah sesuai dengan kategori jumlah penduduk suatu wilayah (kecil, sedang, besar), namun demikian sempat juga terjadi perdebatan yang sedikit banyaknya membingungkan para peserta, terutama Satker dan PPK Kabupaten/Kota yang hadir, yaitu mengenai surat edaran yang melampirkan Alokasi Dana BLM PNPM Mandiri Perkotaan “Hasil Konsinyasi”.

Inilah salah satu yang melatarbelakangi rapat koordinasi tersebut, untuk meluruskan dan menyatukan persepsi yang berbeda yang terbenam di kepala masing-masing peserta. Diakhir acara setiap Satker atau PPK yang didampingi oleh Koorkot dan Askorkot Mandiri mengidentifikasi kebutuhan BLM dan target optimis pencairan BLM Tahun 2009 untuk setiap kelurahan dengan berpegang pada indikator yang ada, dan untuk lebih menguatkan dokumen tersebut, diputuskan untuk membuat hasil kesepakatan yang ditandatangani oleh Satker P2KP Pusat, TA Monev KMP, SNVT-PBL, Team Leader, Satker PIP Kabupaten/Kota dan Koorkot/Askorkot Mandiri untuk selanjutnya akan diteruskan ke Pusat.

Setelah semuanya dianggap selesai dan mencapai apa yang diharapkan, maka selanjutnya sebagaimana lazimnya, dimana ada pembukaan, disitu pula pasti ada penutupan. Kegiatan ditutup oleh Kepala SNVT-PBL Sumatera Utara dengan pesan sederhana namun penuh makna “mudah-mudahan pertemuan tidak menjadi penyebab adanya Revisi DIPA yang berulang-ulang”. Terima kasih………………
Continue Reading...

Rabu, 08 April 2009

BANTUAN TEKNIS PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN






Para Peserta Kegiatan...........lagi srius mendengarkan penjelasan dari Bapak M. Irfan dan Adih (KMP Advanced) tentang pelaksanaan Program PAKET, Channeling dan ND, yang dipandu oleh TL KMW 4 dan 5 Sumatera Utara











Acara berlangsung di Hotel Madani Kota Medan selama 2 hari yaitu tanggal 2-3 April 2009, yang melibatkan peserta dari jajaran pemerintah daerah (Satker PIP Kota/Kabupaten, Kepala SKPD, Camat dan PJOK) dan jajaran Konsultan (Tenaga Ahli, Korkot dan Askorkot Mandiri).
Sebagai penyelenggara adalah SNVT PBL Provinsi Sumatera Utara
Continue Reading...

Reposisi

Per Tanggal 1 April 2009........terjadi reposisi (ada faskel baru, faskel jadi SF, SF naik posisi ke Askorkot, Askorkot jadi Koorkot, Koorkot Reguler ke Koorkot Advanced) untuk semua wilayah di Sumatera Utara, termasuk Koorkot 3 Tanjungbalai-Labuhan Batu KMW 5 Sumatera Utara. ini adalah hal yang biasa dalam tubuh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) untuk memberi kesempatan kepada teman-teman yang memiliki kinerja dan prestasi yang baik (reward).
Ada yang naik, ada yang tetap, dan ada juga yang harus turun atau bahkan diberhentikan (punishment) bagi mereka yang kinerjanya sangat mengkhawatirkan.
untuk teman-teman yang diberi kesempatan menduduki posisi baru, marilah bekerja dengan profesional, kita tunjukkan bahwa kita memang pantas menerima posisi tersebut.................kawan-kawan jangan lupa diri.....ini tugas mulia dan merupakan pilihan hidup untuk karir kedepannya..............
untuk teman-teman yang masuk dalam Tim Advanced.......sukses selalu (kata orang itu artinya naik kelas), terlepas dari kata orang tersebut..........jangan membuat kita merasa lebih dari yang lain. buktikan kalo semua itu adalah semata-mata bagian dari kewajiban kita untuk mensukseskan program ini............

salam pemberdayaan
Continue Reading...

Sabtu, 04 April 2009

Mutiara

Kadang kala kita dilahirkan dalam keadaan fakir miskin (sengsara), karena Tuhan menghendaki kita belajar bersemangat pantang mundur dan berlatih keberanian diri

Keramahtamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahtamahan dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan dalam memberi menciptakan kasih
Continue Reading...

Selasa, 03 Maret 2009

Utang Membenani Rakyat

Pembayaran utang luar negeri pemerintah memakan porsi anggaran negara (APBN) yang terbesar dalam satu dekade terakhir. Jumlah pembayaran pokok dan bunga utang hampir dua kali lipat anggaran pembangunan, dan memakan lebih dari separuh penerimaan pajak. Pembayaran cicilan utang sudah mengambil porsi 52% dari total penerimaan pajak yang dibayarkan rakyat sebesar Rp 219,4 trilyun. Sementara, alokasi untuk pendidikan dan kesehatan selalu jauh lebih kecil dibanding pembayaran bunga utang dalam negeri. Rakyatlah pada kenyataanya yang menanggung beban utang tersebut. Setiap orang, miskin dan kaya, ikut membayar pajak. Karena pemerintah hanya mengandalkan penjadwalan ulang terus menerus, gambaran pahit di atas tampaknya akan terus dirasakan rakyat hingga beberapa tahun mendatang. Ketimpangan distribusi anggaran sosial dalam APBN akan terus dialami Indonesia hingga 15 tahun ke depan. Kesalahan manajemen utang pada masa sekarang membuat dua generasi bangsa Indonesia harus menanggungnya. Dengan beban rasio pembayaran cicilan utang (ratio debt service) yang tinggi, APBN tidak lagi optimal sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi. Bahkan, tingkat penyedotan dana yang besar dari masyarakat, baik melalui kenaikan pajak maupun pengurangan subsidi, justru ikut menekan (menghambat) potensi pertumbuhan ekonomi. Indonesia perlu waktu puluhan tahun untuk melunasi utang luar negeri pemerintahnya. Saat ini tingkat utang luar negeri sekitar US$ 67 milyar, atau kurang lebih Rp 600 trilyun. Kemampuan pemerintah membayar cicilan utang LN antara Rp 15-20 triliun per tahun. Dengan asumsi bawha pemerintah tidak wajib membayar bunga dan tidak menambah utang baru, diperlukan 30-40 tahun lagi agar seluruh utang tersebut lunas. (Wibowo, D.2003). Dengan beban pembayaran utang LN Pemerintah Indonesia yang demikian tinggi, maka penjadwalan ulang tidak akan menyelesaikan persoalan. Kenyataan ini menunjukkan perlunya solusi yang radikal dan baru dalam menyelesaikan persoalan beban utang luar negeri. Pengurangan jumlah utang (debt stock) merupakan pilihan satu-satunya. Penghapusan jumlah utang atau debt cancellation, sebagaimana yang didesakkan oleh kelompok organisasi masyarakat sipil di sejumlah negara, patut ditempuh Pemerintah.
Continue Reading...

Jumat, 20 Februari 2009

Korkot - Tim Faskel Tanjungbalai


Continue Reading...

Rabu, 11 Februari 2009

Continue Reading...
Continue Reading...

Gelora Asmara

Derby Romero

Datanglah nyatakanlah cintamu

Katakan bahwa kau menginginkan diriku

Datanglah bawalah bunga-bunga

Agar kau dapat membuat diriku terbang


Reff:

Aku disini duduk manis menantimu

Akupun ingin membuat kau tak menyesal

Bahwa kau telah memilih diriku ini

Yang akan terus membuat hidupmu indah


Datanglah nyatakan janji cinta

Yang akan kau ucapkan itu yang terakhir

Datanglah bawalah aku pergi

Bersama dengan semua gelora asmara


Back to Reff:


Hidupmu indah

Hidupmu indah



Koleksi Derby Romero yang lain.
Mp3 Download & Lirik Lagu Derby Romero - Gelora Asmara
Busby Seo Test
Continue Reading...

Minggu, 01 Februari 2009

Iwan Fals - Timur Tengah I


Ada tanya dalam kepala



Waktu lihat muak yang hingar



Disetiap sudut



Ada mati dibalik tembok



Waktu timah panas mencabik



Hati nurani............



Merah...Merah...Merah...Merah



Dilangit



Merah...Merah...Merah...Merah



Ditanah



Derap langkah bakar amarah



Kepal tangan hadirkan darah



Dibungkam diam....



Khabar angin didekat jantung



Bahwa hari sedang menangis



Tergores pedih hati



Merah...Merah...Merah...Merah



Dimata



Merah...Merah...Merah...Merah



Dilidah



Dengar...nyanyi anak kemarin



Tentang sedih tanah terkasih



Yang tak pernah habis



Doa...ibu sambil menangis



Antar....bocah agar tak sedih



Pergi ke pintu mati



Merah...dilangit



Merah...dimata



Merah...ditangan



Merah...dilidah
( Iwan Fals - Timur Tengah I | www.pndwr.com )

Continue Reading...

Selasa, 20 Januari 2009

Innalillahi Wainnailaihirojiun

Kami seluruh personil Koorkot 3 Tanjungbalai-Labuhan Batu KMW 5 Sumut PNPM Mandiri Perkotaan turut berbelasungkawa yang sedalam dalamnya atas berpulangnya ke Rahmatullah Saudara/Sahabat/Kawan Seperjuangan PENAS HALOMOAN (Faskel Ekonomi TF 01 Kota Padangsidempuan). semoga mendapat tempat yang layak disisi Allah SWT dan semoga keluarga yang ditinggalkan senantiasa mendapat ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan ini......amin.

Selamat jalan Sahabatku
Selamat jalan PejoeangRakyat Miskin
Insya Allah perjuanganmu dalam mendampingi masyarakat miskin mendapat Ridho dari Allah SWT.......
Perjuanganmu tidak akan berhenti, amanah yang telah engkau emban selama ini....Insya Allah akan kami lanjutkan......

Ya Allah Ya Tuhanku, Engkaulah Maha Mengetahui dan Maha Mengasihi
Engkau tahu apa yang kami harapkan
Engkau tahu apa yang kami inginkan
dan Engkau tahu apa yang terbaik buat Sahabat Kami PENAS HALOMOAN.....
Terimalah segala amal ibadahnya
Masukkanlah dia dalam SurgaMu
Dudukkanlah dia diantara orang-orang yang Engkau kasihi dan Engkau Ridhoi di dalam SurgaMU
Amin Ya Rabbalalamin

Wassalam........


PENAS HALOMOAN
(Faskel Ekonomi TF 01 Korkot 1 Padangsidempuan KMW 5 Sumut)


Saat-saat terakhir Sahabat......
Almarhum meninggal pada tanggal 18 Januari 2009 pukul 11.oo WIB di Medan
Tanggal 13-16 Januari 2009, Almarhum masih sempat mengikuti Pelatihan Madya 2 bagi Askorkot dan Fasilitator Kelurahan KMW 5 Sumut di P4TK Kota Medan. Almarhum tercatat sebagai peserta di kelas B yang dipandu oleh Ichwan (TA Monev KMW 5) dan Irawan Hasan (Korkot 3 Tanjungbalai). Kami masih sempat mendapatkan senyuman dan canda almarhum, aktif di diskusi-diskusi kelompok, masih sempat mencatat hasil diskusi kelompoknya, dengan ketenangannya sebagai ciri khas almarhum-masih sempat melontarkan pertanyaan dan tanggapan-tanggapan dari hasil diskusi....
Dan ternyata itu adalah untuk terakhir kalinya almarhum menemani kami.....
Dan ternyata itu untuk terakhir kalinya almarhum berkumpul bersama kami.....
Dan tepatnya tanggal 18 Januari 2009, sahabat/kawan/saudara kami pergi untuk selamanya menghadap Sang Khaliq.....
Selamat jalan saudaraku......
Selamat jalan PAHLAWAN KEMISKINAN
Perjuanganmu dalam mendampingi masyarakat miskin akan kami lanjutkan................
Continue Reading...

Minggu, 11 Januari 2009

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DAN PENERAPAN PRINSIP PARTISIPATIF

Oleh : Irawan Hasan

“Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan, dan persatuan”

“Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terus-menerus, dan terpadu dengan mengutamakan pendekatan hak-hak dasar”

Mengapa Masyarakat Harus di Berdayakan ?

Sudah sering kita mendengar kalimat “Pemberdayaan Masyarakat, Berdayakan Masyarakat, dan Libatkan Masyarakat” dalam setiap kegiatan, agar mereka dapat meningkatkan kesejahteraannya. Aneh, lucu dan menggelitik karena tak jarang orang pula yang sering melontarkan kalimat tersebut, justru merekalah yang lebih dominan dalam menggerogoti dan membunuh kreativitas masyarakat dalam upaya mencari dan menemukan jati dirinya.

Sungguh ironis memang, apa yang kita harapkan dari orang-orang atau kelompok-kelompok yang seharusnya menjadi motor penggerak dalam memberi akses, baik ekonomi, sosial ataupun budaya serta memberi peran aktif yang sebesar-besarnya bagi masyarakat, apakah itu dari golongan miskin, perempuan, laki-laki, nelayan, petani, tukang ojek, buruh dan sebagainya, justru meninggalkan pendekatan hak-hak dasar masyarakat yang seharusnya mereka terapkan.

Terabaikannya pendekatan hak-hak dasar masyarakat dalam memberi peran aktif masyarakat dalam menentukan jalan hidupnya, berdampak pada munculnya pandangan yang cukup kontroversial yang menyebutkan kemiskinan merupakan masalah yang semata-mata terkait pada kekurangan modal dan menganggap masyarakat miskin sebagai obyek yang tidak memiliki informasi dan pilihan sehingga tidak perlu terlibat dalam pengambilan keputusan kebijakan publik, yang pada intinya orang-orang atau kelompok-kelompok tersebut tetap memposisikan dirinya “akulah yang layak mengambil keputusan, bukan orang miskin yang tidak punya kemampuan apa-apa”. Implikasi dari pandangan ini adalah pemerintah mempunyai peran dominan untuk menyediakan modal dan kebutuhan dasar masyarakat miskin. Pendekatan ini terbukti kurang optimal dalam memecahkan masalah kemiskinan bukan hanya disebabkan oleh kesulitan anggaran dan lemahnya rancangan kebijakan karena tidak menyentuh akar masalah kemiskinan, tetapi juga tidak adanya pengakuan dan penghormatan atas suara dan hak-hak dasar masyarakat miskin.

Adanya pengutamaan pada kelompok tertentu dalam upaya peningkatan pembangunan telah menimbulkan ketimpangan struktur dalam tatanan kehidupan masyarakat. Contoh dapat kita lihat pada kegiatan ekonomi yang sebagian besar terpusat pada sebagian kecil masyarakat, yang telah memiliki akses untuk memperoleh berbagai kemudahan dari pemerintah. Distribusi pendapatan yang kurang merata menimbulkan kesenjangan sosial ekonomi dalam masyarakat, sehingga muncul istilah “siapa yang dekat dengan api, maka dialah yang panas”. Selain itu, pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi juga telah melemahkan dan mengabaikan upaya pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan, baik pada sektor publik, dunia usaha swasta/masyarakat, maupun pemberdayaan masyarakat. Paradigma pembangunan melalui alokasi sumber daya pembangunan yang terpusat, telah melemahkan inisiatif dan potensi masyarakat luas. Sifat dan model pembangunan yang demikian itu telah melahirkan ketergantungan dari bawah ke atas (top-down approach), serta menjadikan golongan bawah menjadi tidak berdaya untuk mengaktualisasikan kemampuannya, malah sebaliknya makin mengokohkan posisi kaum-kaum elit yang telah banyak meraup keuntungan dengan mengatasnamakan masyarakat miskin dengan tujuan kemakmuran golongan-golongan tertentu.

Pemberdayaan Masyarakat

“Masalah kemiskinan tidak dapat dipecahkan melalui kebijakan yang bersifat sektoral, parsial,

dan berjangka pendek, tetapi kebijakan yang konsisten, terpadu dan terencana”

Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat, terutama mereka yang miskin sumber daya, kaum perempuan dan kelompok yang terabaikan lainnya, didukung agar mampu meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri. Dalam proses ini, lembaga berperan sebagai fasilitator yang mendampingi proses Pemberdayaan Masyarakat. Pada prinsipnya masyarakatlah yang menjadi aktor dan penentu pembangunan dan sekaligus menjadi “programmer” bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya. Usulan-usulan masyarakat merupakan dasar bagi program pembangunan lokal, regional, bahkan menjadi titik pijak bagi program nasional.

Aspek penting dalam program Pemberdayaan Masyarakat adalah:

- Program yang disusun sendiri oleh masyarakat;

- Menjawab kebutuhan dasar masyarakat;

- Mendukung keterlibatan kaum miskin, perempuan, buta huruf dan kelompok terabaikan lainnya;

- Dibangun dari sumberdaya lokal dan sensitif terhadap nilai-nilai budaya setempat;

- Memperhatikan dampak lingkungan;

- Tidak menciptakan ketergantungan;

- Berbagai pihak terkait terlibat, serta;

- Berkelanjutan.

Menjalankan pendekatan Pemberdayaan Masyarakat pada tingkat penentu kebijakan akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan sumberdaya pembangunan yang semakin terbatas. Hal ini akan meningkatkan kesesuaian program pembangunan dengan kenyataan setempat dan memperkuat keberlanjutan program karena masyarakat mempunyai rasa memiliki dan tanggung jawab.

Terdapat sejumlah hambatan kebijakan dan kelembagaan dalam menerapkan pendekatan Pemberdayaan Masyarakat yang berhasil. Hambatan ini antara lain adalah terbatasnya komitmen dan pemahaman para penentu kebijakan terhadap prinsip dan keuntungan yang bisa diperoleh dari pendekatan Pemberdayaan Masyarakat serta kurangnya orientasi pada klien oleh aparat pemerintah di semua tingkatan. Di samping itu, hambatan finansial masih membatasi penentuan keputusan tingkat lokal. Lebih jauh lagi, penyusunan kebijakan rinci menghambat timbulnya kreativitas lokal. Hambatan lain adalah kekurangan data monitoring dan evaluasi serta masih adanya struktur pemerintahan dan proses perencanaan yang bersifat membatasi aktivitas dan kreativitas masyarakat.

Upaya pemberdayaan masyarakat yang dimungkinkan dengan adanya kebijakan atau keputusan politis untuk melakukan proses desentralisasi sedini mungkin, perlu dilakukan demi terlaksananya pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Prinsip Partisipasi

“Kemiskinan adalah masalah nasional yang tidak dapat diselesaikan hanya oleh pemerintah

sendiri, tetapi juga harus menjadi tanggung jawab bersama semua pihak”

Prinsip partisipasi adalah mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Analisis kemiskinan partisipatif dilakukan untuk memahami suara masyarakat miskin baik laki-laki maupun perempuan tentang masalah kemiskinan yang mereka hadapi dan mengakomodasikan suara masyarakat miskin dalam perumusan kebijakan.

Dari uraian di atas, dapat dikemukakan beberapa pengertian Partisipasi sebagai acuan adalah sebagai berikut :

- Pelibatan diri pada suatu tekad yang telah menjadi kesepakatan bersama (Hasan Poerbo).

- Voluntary involvement of people in making & implementing decisions directly affecting their lives, ….(UNCHS, 1991).

Pelibatan secara suka rela oleh masyarakat dalam pengambilan dan pelaksanaan keputusan yang langsung menyangkut hidup mereka……

- A voluntary process by which people including the disadvantaged (income, gender, ethnicity, education) influence or control the decisions that affect them (Deepa Narayan, 1995).

Suatu proses yang wajar dimana masyarakat termasuk yang kurang beruntung (penghasilan, gender, suku, pendidikan) mempengaruhi atau mengendalikan pengambilan keputusan yang langsung menyangkut hidup mereka

Dan partisipasi masyarakat selalu memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini :

- Bersifat proaktif dan bukan reaktif artinya masyarakat ikut menalar baru bertindak.

- Ada kesepakatan yang dilakukan oleh semua yang terlibat.

- Ada tindakan yang mengisi kesepakatan tersebut.

- Ada pembagian kewenangan dan tanggung jawab dalam kedudukan yang setara. (Parwoto)

Ø Penjelasan

Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi masyarakat. Saluran komunikasi yang menjadi salah satu wadah agar masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya menjadi salah satu kendala dalam memaksimalkan peran partisipasi masyarakat, untuk itu penyediaan jalur komunikasi yang meliputi pertemuan umum, temu wicara, konsultasi dan penyampaian pendapat baik tertulis maupun tidak tertulis. Metode lain untuk merangsang keterlibatan masyarakat adalah melalui perencanaan partisipatif untuk menyiapkan agenda pembangunan yang diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan secara partisipatif untuk menyelesaikan persoalan secara bersama-sama.

Ø Instrumen

Instrumen dasar partisipasi adalah peraturan yang menjamin hak untuk menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang berdampak pada terbukanya akses bagi masyarakat miskin dan rentan lainnya dalam merumuskan dan menentukan arah kebijakan bagi dirinya sendiri, tanpa terus menerus tergantung pada pihak-pihak tertentu, sedangkan instrumen pendukungnya adalah pedoman pemerintahan partisipatif yang mengakomodasi hak penyampaian pendapat dalam segala proses perumusan kebijakan dan peraturan, proses penyusunan strategi pembangunan, program pembangunan, pengadaan dan pemantauan.

Ø Indikator

Tumbuhnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan lembaga-lembaga lain, meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan, meningkatkan kualitas dan kuantitas masukan berupa kritik dan yang saran yang konstruktif untuk pembangunan dan terjadinya perubahan sikap dan mental masyarakat menjadi lebih peduli terhadap sesamanya, lingkungan dan setiap langkah pembangunan.

Kesimpulan

Persoalan kemiskinan yang melibatkan tiga unsur (lingkungan, sosial/budaya, dan ekonomi) yang terjadi di masyarakat, secara riil hanya dapat ditanggulangi oleh mereka sendiri dengan membuka akses seluas-luasnya, dan pihak luar sebagai fasilitator, mediator maupun mitra dalam membuka akses baik ekonomi, lingkungan maupun sosial yang terjadi di masyarakat, yang pada akhirnya di harapkan mereka dapat menjadi “programmer” bagi dirinya sendiri dan secara mandiri mempengaruhi atau mengendalikan pengambilan keputusan yang langsung menyangkut hidup mereka, tanpa harus menggantungkan nasibnya pada pihak-pihak luar yang secara signifikan tidak mengetahui kebutuhan dasar masyarakat. Hal tersebut hanya dapat dilakukan dengan :
MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT DENGAN PENERAPAN PRINSIP PARTISIPASI AKTIF DENGAN BERLANDASKAN PADA NILAI-NILAI LUHUR KEMANUSIAAN DAN KEMASYARAKATAN
Continue Reading...

Jumat, 02 Januari 2009

Mungkin

Potret


Mungkin aku bisa bercinta dengan kamu

Kendati kata kata mu selalu

Menusuk jantung melukai ku


Mungkin ku mau memaafkan mu kembali

Demi cinta yang ada di hatiku

Meloloskan mu dari kata pisah


Mungkin sang fajar dan sayap burung burung patah

Menyaksikan kita berseteru

Slalu tak pernah damai


Mungkin cintaku terlalu kuat dan menutupi

Jiwa yang dendam akan kerasmu

Sehingga kita bersama… mungkin



download mp3
Continue Reading...

Kamis, 01 Januari 2009

Tutorial CorelDraw

Kami ada beberapa Tutorial CorelDraw berbahasa indonesia, diantaranya:

Tutorial Photoshop:
- Membuat 3D Background Abstrak - tutorial bagaimana cara membuat Background Abstrak 3D
- Membuat Effect Bias Pelangi - anda ingin tahu bagai mana cara membuat effect bias?
- AdobePhotoshop CS Portable - ini bagi teman2 yang ingin mempunyai photoshop secara portable tanpa menginstall

..:: Tutorial CorelDraw ::.. (Maaf kami baru punya 2 tutorial)
- Membuat Butiran Air - baru!! coba lihat bagaimana kita dapat membuat sendiri gambar butiran2 air yang meleleh
- Membuat Bercak Noda dengan SmudgeBrush - bagi anda yang ingin membuat bercak atau cipratan noda, silahkan di lihat..
- CorelDraw 11 Portable Githu Loh ... - ini juga versi portable coreldraw, jika ingin jalankan coreldraw tanpa install.... silahkan di download

Tutorial Flash:
- Tutorial Flash menggunakan Masking - tutorial beginner yang memberikan pengajaran cara membuat masking
- Membuat Navigasi Sederhana - ini jika anda mau membuat navigasi dengan menggunakan animasi flash
- Membuat Digital Clock di Flash - membuat jam digital dari flash?
- Membuat Trail Mouse - membuat trail mouse, boleh saja
- Macromedia Flash 8 portable Pro - ini juga versi portable flash, jika ingin jalankan flash tanpa install.... silahkan di download

Kami akan mencoba untuk terus menambah Tutorial CorelDraw spesial dengan bahasa indonesia... tunggu saja :)

--// Terima Artikel
Kami menerima submit Artikel CorelDraw
Jika ada teman-teman yang jago CorelDraw dan ingin tutorialnya di publikasikan di sini, silahkan kirimkan artikel mu dalam bentuk Microsoft Word ke : black.scorpio.night[at]gmail.com (Kami akan cantumkan sumbernya)

Terimakasih :)
iklan baris
Sumber dari situs Ilmu Website dalam kategori coreldraw dengan judul Tutorial CorelDraw
Continue Reading...
 

Blogroll

Site Info


Text

" Jadi orang penting, memang menyenangkan, tapi yang terpenting.....jadilah orang yang menyenangkan "

Oversight Consultant - 8 Sulawesi Barat Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template